RESENSI - HARRY POTTER AND THE CURSED CHILD
Hogwarts will always be there to
welcome you home, mungkin kalimat ini tepat menggambarkan betapa bahagianya
perasaan para Potterphile di dunia akan datangnya Harry Potter ke-8 atau Harry
Potter and The Cursed Child. Buku yang membutuhkan PO, kegalauan dan penantian
panjang akhirnya datang di tangan di minggu pertama agustus. Sampai rumah
langsung baca, tapi bacanya pelan-pelan karena gak mau cepat selesai, kalau
terlalu cepat nanti rindu lagi hehehe.
JK. Rowling mentepati janji saat
premiere Harry Potter ke-7 untuk menulis satu buku terakhir. Harry Potter kali
ini sungguh spesial karena bukan cerita seperti buku kebanyakan, buku ini
tepatnya adalah script theater yang dibuku-kan, jadi isinya dialog yang berisi
percakapan dengan gambaran screenplay
dan dibagi menjadi 2 part. Akhirnya, lewat buku ini kita jadi tahu bagaimana
script theater atau film dan buku ini masih berbahasa Inggris, kabarnya
Gramedia segera menerjemahkan dan akan di
diterbitkan tahun depan.
Buku setebal 343 halaman ini
disajikan dengan cover hitam dan sampul bergambar seorang anak yang diselubungi
kegelapan. Menceritakan 19 tahun kemudian dari kejadian terakhir perang melawan
Lord Voldemort. Memfokuskan Harry dan Ginny yang mempunyai 3 anak, James
Sirius, Albus Severus dan Lily Luna serta keluarga Ron, Hermione dengan kedua
anaknya Rose dan Hugo. Lalu tak kelupaan Draco Malfoy beserta isterinya,
Astoria dan seorang anak Scorpius yang sangat jauh bedanya dengan sifat Malfoy
pada umumnya.
Seperti kalimat terakhir “all was
well” memang semua terlihat baik-baik saja pada awalnya, sampai akhirnya tiba
anak tengah Harry, Albus untuk memasuki hari pertamanya di Hogwarts, khawatir
akan dirinya yang akan masuk Slytherin karena namanya diambil dari salah satu
guru yang pernah di Slytherin, Severus Snape, Harry meyakinkan bahwa topi
pemilihan akan menentukan sesuai hati, seperti Harry dulu saat tahun
pertamanya. Namun, takdir berkata lain, Albus masuk ke asrama Slytherin dan malah
berteman baik dengan Scorpius Malfoy.
Hari-hari dijalani oleh Albus,
tetapi karena dia seorang anak Potter, banyak harapan yang diharapkan oleh
professor kepadanya di sekolah. Sayangnya, walau membawa nama Potter, Albus
jauh dari harapan, dia bahkan tak bisa menaiki sapu terbang, tak pandai di
sekolah dan terlalu kelam. Dengan semakin akrabnya Albus dan Scorpius, Rose
tidak mau berteman dengan Albus lagi dikarenakan semua orang menduga bahwa
Scorpius adalah anak Voldemort dan bukan anak Malfoy dan ini membuat Astoria stres, sakit-sakitan lalu
meninggal, Draco yang terlihat ceria kembali menjadi kelam karena kematian
isterinya dan semakin membuatnya jauh dari Scorpius.
Kembali ke trio, Ron kini
menjalankan toko mainan Fred dan George, Hermione menjadi menteri sihir serta
Harry menjadi Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir. Konflik permasalahan
dimulai karena pemutar waktu yang dulu pernah dipakai Hermione saat di tahun
ketiganya agar dapat mengikuti semua pelajaran di sekolah ternyata belum
dihancurkan dan diketahui oleh publik. Amos Diggory, ayah dari Cedric Diggory
mendatangi Harry di tengah malam untuk meminta Harry menggunakan pemutar waktu
dan kembali menyelamatkan Cedric dari serangan Voldemort pada malam ujian
terakhir Triwizard. Mendengar ayahnya tak dapat mengabulkan permintaan Amos,
Albus menganggap ayahnya seorang yang jahat dan tidak berkemanusiaan. Hubungan
Harry dan anak tengahnya itu semakin tidak baik. Bahkan, saat Harry
memberikannya jaket yang paling berarti, satu-satunya peninggalan dari Ibunya
sewaktu bayi, ditolak mentah-mentah oleh Albus karena menurutnya itu hadiah
yang tidak berguna dan merasa Harry pilih kasih karena kakanya, James
mendapatkan jubah gaib dan Lily mendapatkan sayap yang berguna dan Harry tak sengaja berbicara bahwa dia berharap
Albus bukan anaknya.
Kembali ke Hogwarts dengan
kemarahan, Albus berencana kabur dari kereta dan pergi untuk mengunjungi Amos
bersama Scorpius dan membantunya mencuri pemutar waktu untuk kembali ke masa
lalu dan menyelamatkan Cedric. Dibantu oleh Delphi yang mengaku sebagai suster
serta keponakan dari Amos, mereka berhasil mencuri pemutar waktu dari kantor
Hermione dengan ramuan Polyjuice. Berangkat dengan tekad kuat, Albus dan
Scorpius pergi ke malam Cedric dibunuh, namun tentu saja semua tak berjalan
lancar dan malah membuat mereka mengacaukan waktu. Mereka terus memutar waktu
saat kejadian tak terkendali dan semua semakin tak kacau saat Scorpius
terdampar sendirian di danau, ketika tubuhnya diangkat dari danau, ternyata
zaman semakin parah karena Voldemort
masih hidup dan berkuasa, bahkan Harry mati di hutan terlarang saat peperangan,
Dolores menjadi kepala sekolah, Snape hidup dan Scorpius dipuja-puja oleh
seluruh sekolah. Scorpius dibantu oleh Snape, Hermione dan Ron (yang saat itu
hidup dan dalam pelarian), untuk memutar waktu kembali. Awalnya Snape tidak
percaya sampai akhirnya Scorpius mengatakan satu rahasia yang tidak diketahui
siapapun yaitu Snape yang mencintai Lily, Ibu Harry. Saat bertemu kembali dengan
Albus, mereka berdua memutuskan untuk menyudahi semuanya dan tidak akan pernah
menggunakan pemutar waktu lagi, ternyata pemutar waktu hilang dan jatuh ke
tangan yang salah.
Konflik terus berlanjut, namun
semakin membaca, jujur aja malah semakin rindu. JK. Rowling, bersama Jack Thorne
dan John Tiffany berhasil mengaduk-aduk emosi para penggemar. Menceritakan
anak-anak Hogwarts, Neville yang sekarang menjadi Professor Herbologi,
kebijaksanaan Ginny sebagai seorang ibu, kekuatan sahabat antara trio dan Draco
yang berbeda 100% dari sebelumnya. JK. Rowling dkk tetap menguatkan unsur
persahabatan dan ini diperlihatkan oleh hubungan antara Albus dan Scorpius.
Fakta-fakta yang masih tersembunyi banyak dijelaskan di buku ini seperti
contohnya kalau Madam Trolli di kereta ternyata sudah hidup ratusan tahun.
Buku ini memuaskan secara hati
dan mengempiskan dompet :p but so far, untuk para penggemar, seri terakhir ini
sangat cocok dibaca karena reading Harry Potter and The Cursed Child feel like
meeting an old friend or like coming home after a looooooooong journey. So once
again, JK. Rowling taught us that the darkness comes from ourselves and the
most danger in this life is loneliness. So, don’t ever lose of love and trust,
because that is the only thing will help us :)
JUDUL : HARRY POTTER AND THE CURSED CHILD
PENULIS : JK. Rowling, John Tiffany and Jack Thorne
PENERBIT : Little, Brown
HALAMAN : 343 Halaman
PERESUME : Vanda Deosar
Comments
Post a Comment