RESENSI - THE BOY WHO GAVE HIS HEART AWAY - Kehidupan yang terlahir dari kematian
- RESENSI INI TERBIT DI KABAR MADURA PADA 05 Desember 2018 -
Apa
yang ada di benakmu ketika mendengar transplantasi jantung? Sebuah kejaibankah?
Atau malapetaka? Fakta yang ada, 80% pasien yang dapat hidup setelah melakukan
operasi jantung, dan hanya 50% yang dapat bertahan hidup diatas 5 tahun, kabar
yang sedikit menggembirakan untuk dunia kedokteran dan harapan bagi pasien yang
menderita penyakit jantung.
Jika
dahulu transplantasi hanya bisa diterima dari jenazah, di jaman modern ini,
yang ingin mendonor dan masih hidup serta sehat walafiat dapat memberikan
sebagian organnya, misalnya hanya jaringan jantung, hati, ginjal atau paru-paru
ke penerima donor, karena beberapa organ tersebut dapat beregenerasi dan
manusia tetap dapat hidup jika kehilangan salah satunya. Pendonor yang ingin
memberikan seluruh organnya, hanyalah pendonor yang sudah mati batang otak, keadaan
dimana seluruh organ masih berfungsi namun otaknya sudah mati.
Dalam
buku 300 halaman ini, pembaca diajak untuk menyelami kehidupan dari Martin
Burton (16 tahun) yang tinggal di Inggris dan Marc McCay (15 tahun) yang berada
di Skotlandia, keduanya adalah anak-anak yang sehat walafiat, tampan dan
kebanggaan kedua orang tua mereka. Mereka tidak mengenal satu sama lain. Namun,
takdir mengikat mereka dalam cara yang tak terbayangkan. Dalam kisaran kurun
waktu yang sama, Agustus 2003, keduanya mendadak sakit, yang satu terkena virus
dalam jantungnya dan lainnya, terkena virus di otaknya.
“Anakku
yang malang sedang diambang kematian…” – Linda McCay (Hal. 3)
“Ayo,
bangun! Ayolah!” – Sue Burton (Hal. 31)
Namun,
untuk menyelamatkan yang satu, harus ada yang meninggal. Ini yang membuat sang
ibu dari penerima donor merasa bersalah setiap harinya. Bagaimana ia dapat
bersyukur jika anaknya hidup karena ada orang lain yang mati? Bagaimana dia
dapat begitu bahagia ketika ada kabar bahwa hidup anaknya dapat terselamatkan tetapi
di bagian dunia lain ada seorang ibu yang harus kehilangan anaknya?
“aku
memikirkan anak remaja dengan ayah ibunya yang baru kehilangan dirinya, dan
merelakan jantungnya didonorkan paa orang yang sama sekali tidak mereka
ketahui. Sulit kupercaya mereka sanggup melakukan hal ini. Mereka bahkan tidak
mengenal kami, orang-orang semacam apa kami ini. Hadiah apa yang lebih berarti
yang bisa kau berikan kepada orang lain selain kehidupan? Aku mereasa sangat
bersyukur. Aku turut berduka atas kehilangan mereka,…” (Hal. 114)
Umumnya
dan bijaksananya keluarga pendonor dan penerima tidak dibiarkan berinteraksi
secara langsung. Namun, apa jadinya jika ibu dari kedua ini dipertemukan? Apa
jadinya jika sang ibu pendonor memegang dada dan merasakan jantung anaknya,
jantung yang sudah ia bawa selama 9 bulan dalam kandungannya dan sekarang ada
di tempat orang lain? Bagaimana kehidupan pemuda itu setelah mendapatkan donor
jantung?
Sudut
pandang buku diisi bergantian oleh ibu Marc dan ibu Martin. Tiap bab berjudul
Marc, lalu Martin dan ada bab tentang Marc dan Martin. Ada juga sudut pandang
dari dokter dan suster yang menangani, ayah, kakak serta adik mereka. Tak
pernah terbayangkan bagi keduanya bahwa anak laki-laki mereka yang masih muda
dan penuh dengan cita-cita harus berada di ambang kematian. Keputusasan
keduanya membuat iba di hati para pembaca. Menurut mereka, tak seharusnya orang
tua menguburkan anaknya.
Dengan
pelukan dan kecupan terakhirnya, sang ibu berbisik di telinga anaknya dengan : “Tidurlah dengan damai. Kami mencintaimu
selama-lamanya” (Hal. 104)
Kisah
nyata yang sungguh menggugah hati. Kita akan terus diajak bersyukur dalam hidup
bahwa setiap detiknya sangat berharga. Walaupun kita dalam titik rendah hidup,
kita masih dapat menolong orang lain. Menurut saya, buku ini menjadi buku yang
mengharukan dan membuat saya sedih sepanjang saya membaca buku. Tiap
lembarannya menyadarkan bahwa hidup kita saling terkait dengan satu sama
lainnya, maka berbuat baiklah selagi kita hidup.
“Dia terpilih untuk memiliki
jantung pemuda lain. Dia hidup sebagai sang juara, tak mengenal lelah…” (Hal.
300)
JUDUL
BUKU : THE BOY WHO GAVE HIS HEART
AWAY
PENERBIT
: REPUBLIKA
PENULIS
: COLE MORETON
JUMLAH
HAL : 300 HALAMAN
CETAKAN
: MARET 2018
HARGA
: Rp. 77.000
(bukurepublika)
PERESENSI
: VANDA DEOSAR
Comments
Post a Comment