RESENSI - AROMA KARSA
- RESENSI INI TERBIT DI : HARIAN SINGGALANG (MINGGU, 24 JUNI 2018) dan KABAR MADURA (KAMIS, 17 MEI 2018) -
COVER DARI GOODREADS |
Setiap indra dalam tubuh manusia itu penting. Dan setiap manusia mempunyai indra dominan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa bau adalah indra yang paling terkait dengan ingatan emosional kita. Studi menunjukkan bahwa 75 persen dari emosi yang dipicu oleh bau yang terkait dengan kesenangan, kesejahteraan, emosi, dan memori. Terkadang, bahkan manusia dapat mengenali manusia lain bahkan sebelum indra lain bekerja hanya dari baunya saja, bau tubuh atau perfume yang mereka pakai, walau dari jarak jauh sekalipun. Hal ini pula yang membangkitkan minat seorang Dee Lestari dalam menulis novel terbarunya, Aroma Karsa.
Dikisahkan Raras
Prayagung, generasi ketiga dari perusahaan besar Kemara yang ingin mengeksplor
dongeng dari neneknya, Janirah tentang aroma Puspa Karsa. Raras kecil selalu
diperdengarkan dongeng tersebut dan ketika Raras besar, dongeng tersebut
menjadi ambisi, konon yang dapat menemukan puspa karsa akan menjadi orang yang
dapat mengendalikan kehendak.
Bukan Cuma wujudnya yang menjadi teka-teki, pula
dipercaya bahwa tidak ada yang bisa mendeteksi aroma Puspa Karsa, terkecuali
orang-orang pilihan. Puspa Karsa adalah tanaman yang punya kehendak dan bisa
mengendalikan kehendak. (hlm. 10)
Raras digambarkan sebagai sosok wanita
yang kuat dan ini menurun ke anak angkatnya, Tayana Suma yang mempunyai
kekuatan penciuman melebihi manusia normal. Suma dapat mendeteksi berbagai
macam bau, namun untuk mengendalikan dari muntah dan sakit karena triliyunannya
bau di bumi, Suma ditekan dengan berbagai obat untuk bertahan hidup.
Di bantar gebang, ada seorang pemuda yang
dijuluki Hidung Tikus, Jati Wesi. Jati dianggap sebagai hidung tikus karena
bakatnya dari lahir. Jati dapat membaui mayat, muntah, berbagai kotoran,
berbagai bunga, dan bahkan berbagai macam bau yang diluar akal manusia. Berbeda
dengan Suma, Jati dapat mengendalikan penciumannya. Jati menulis hasil
penciumannya ke dalam jurnalnya dan tidak ada yang berani membuka jurnal
tersebut. Karena penciuman ajaib Jati, dia bekerja di tempat pembuatan minyak
wangi refill dan suatu saat, karena tidak puas untuk menduplikat produk luar,
Jati mencoba produk lokal dan itu salah satu dari perusahaan Kemara.
Pertemuan ini yang menghantarkan Jati
masuk ke keluarga Raras, Jati dituntut dan jika ingin bebas dari penjara, harus
bekerja seumur hidup di perusahaan Kemara. Dalam pertemuan pertamanya dengan
Suma, Suma muntah karena tidak tahan dengan bau “sampah” Jati. Semenjak itu,
Suma memusuhi Jati dan selalu marah jika bertemu dengannya. Di lain sisi, Raras
diam-diam memperkerjakan Jati untuk obsesinya dalam menemukan Puspa Karsa.
Raras sampai memberi Jati tempat tinggal sendiri dan bahkan memasukkan Jati
untuk ikut pelatihan sampai ke Prancis.
Dalam novelnya kali ini, Dee menampilkan
beberapa kata yang asing, seperti teja dan condra. Namun Dee tidak
semerta-merta memasukan kata asing tanpa maknanya. Perjalinan tokoh
sedikit-sedikit dimunculkan dan diberikan porsi masing-masing yang pas sehingga
membuat pembaca seperti mengenal mereka secara personal. Lewat Filosopi Kopi,
Dee membuat kita jatuh cinta dengan kopi, namun lewat Aroma Karsa, Dee membuat
pembaca lebih peka dan ikut-ikutan untuk membaui setiap Jati atau Suma
menjelaskan penciuman mereka.
Raras yang berambisi untuk menemukan Puspa
Karsa membentuk tim kedua dan Jati Wesi serta Suma berada di dalamnya, 26 tahun
sebelumnya, Raras pernah membentuk tim ekspedisi ini dan gagal sampai memakan
korban nyawa. Kali ini, dengan Jati Wesi dan Suma, Raras sangat mengharapkan
keberhasilan. Di lain sisi, Jati mengikuti ekspedisi ini untuk mengetahui
asal-usul keluarganya, bagaimana dia sampai ke bantar gebang, siapakah kedua
orang tuanya dan apa hubungan semua ini
dengan Raras? Berhasilkan tim bentukan Raras dengan ekspedisi ke Gunung Lawu
ini?
Sekali lagi, dalam tulisannya, Dee Lestari
memukau pembaca dan saya ingin memberikan standing applause. Bukan hanya karena
eksplor penciumannya saja, namun, ekspedisi ke Gunung Lawu ini membuat pembaca
terheran-heran dan membangkitkan imajinasi yang ajaib. Makhluk-makhluk yang
mereka temui, serta daerah-daerah terlarang. Puspa karsa dianalogikan sebagai penjaga
keseimbangan antara dunia nyata dan tidak.
Puspa Karsa memiliki dua lapis penjagaan. Di lapis
pertama ada makhluk Wong Banaspati yang bertugas menjaga Puspa Karsa di Alas
Kalingga. Di lapis kedua, Desa dwarapala, tempat tinggal pengikut Mahesa Gunung
dan keturunan Puspa Karsa. (hlm. 423)
Kekuatan riset, pengolahan kata dan
jalinan cerita yang “berani” membuat pembaca ikut terobsesi dengan Aroma Karsa,
seperti Raras terhadap Puspa Karsa. Di akhir kisah, segalanya terungkap, namun,
sepertinya ini menjadi jembatan Dee untuk melanjutkan kisah Suma dan Jati.
Bacaan yang menarik untuk sebuah kisah yang rumit, good job Dee!
JUDUL : AROMA KARSA
PENULIS : DEWI “DEE” LESTARI
PENERBIT : BENTANG PUSTAKA
TAHUN TERBIT : MARET, 2018
JUMLAH HAL : 724 HALAMAN
HARGA BUKU : Rp. 125.000,-
PERESENSI : VANDA DEOSAR
PERESENSI : VANDA DEOSAR
Comments
Post a Comment