Resensi - Merindu Baginda Nabi
Tahun ini, Habiburrahman
El Shirazy yang terbiasa dipanggil Kang Abik menelurkan buku Merindu Baginda
Nabi sebagai awal pamungkasnya di tahun 2018. Cendekiawan Indonesia ini kembali
menghasilkan karya yang tidak hanya bagus untuk iman tetapi juga membangun
jiwa. Lewat buku ini Kang Abik seperti mengajak kita untuk yang tak pernah
berjumpa atau melihat secara langsung Rasullullah SAW untuk merindukan beliau
dan terus menerus mengumandangkan shalawat untuknya.
Ya Nabi, Salam 'Alaika
Ya Rasul, Salam 'Alaika
Ya Habib, Salam 'Alaika
Shalawatullah 'Alaika
Diceritakan tokoh utama
seorang anak perempuan bernama Dipah yang dibuang di tempat sampah oleh
orangnya ditemukan oleh seorang nenek-nenek, bernama Mbah Tentrem. Di akhir
usianya Mbah Tentrem menitipkan rumahnya untuk diwakafkan kepada Pak Nur untuk
dikelola gar bisa merawat anak-anak terlantar lainnya seperti Dipah. Di bawah
asuhan Pak Nur dan bu Nur, rumah tersebut menjadi panti asuhan Darus Sakinah
yang sekarang dapat menampung lebih dari 100 anak dan Dipah diasuh serta
diganti namanya menjadi Syarifatul Bariyyah.
Karena rajin, tekun, dan
selalu menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT, Dipah yang sekarang
dipanggil Rifa berhasil mendapatkan pertukaran pelajar ke Amerika. Disana Rifa
tinggal di rumah keluarga Bill yang terletak di kawasan Walnut Blossom, San
Jose. Keluarga Bill mempunyai seorang anak bermama Fiona dan seusia dengannya.
Bersama keluarga Bill, Rifa banyak belajar tentang kehidupan di Amerika dan
keluarga Bill memperlakukan Rifa dengan Kasih sayang bukan sebaga orang asing,
sampai Rifa diajak keliling Eropa selama 2 bulan dan bermaksud ingin
membiayakan Rifa kuliah di Amerika. Namun, kecintaan dan kerinduan kepada
keluarganya di Indonesia sudah tidak dapat dibendung, akhirnya Rifa memilih
pulang dan menyelesaikan sekolah tahun terakhirnya disana.
Di sekolah, Rifa bergaul
dengan ketiga temannya, Retno, Ika dan Daru yang masing-masing diberikan
oleh-oleh baju kampus ternama agar menjadi motivasi sehingga dapat kuliah di
luar negeri sesuai keinginan mereka, tak terkecuali Arum, walau Arum suka
berbuat jahat kepada Rifa, Rifa tetap menganggap Arum adalah motivasi, motivasi
untuk terus belajar lebih giat dan menjadi lebih baik lagi.
“Ya, jujur saya sangat
berterima kasih kepada Arum Saradewi, teman sekaligus rival saya sejak hari
pertama masuk SMA tercinta ini. Setiap kali saya mengingat Arum maka saya
katakana pada diri saya bahwa Arum sedang belajar, dia ingin merebut rangking
satu yang saya pegang. Maka saya harus belajar, tidak boleh malas, nanti saya
kalah. Saya bayangkan dia belajar dua jam, maka saya harus belajar tiga jam.
Maka saya merasa Arum adalah sparing partner saya dalam meraih prestasi.” (hal.
46)
Perjalanan Rifa di
sekolah tidak pernah mudah karena adanya gangguan Arum, namun Rifa tetap
menjadi anak yang sabar dan berserah diri seutuhnya kepada Allah SWT. Dari
kecil diajari Abah dan Ummi untuk menjadi muslim yang baik, Rifa tumbuh besar
menjadi seorang bidadari yang menjaga tingkah laku, sikap dan sifatnya seperti
ajaran Nabi SAW. Di kala diinjak dan difitnah, Rifa justru membalas tindakan
Arum dengan kebaikan dan itu menginspirasi teman-teman Arum dan para pembaca
untuk berbuat sama.
Kisah Arum yang ditulis
oleh Habiburrahman El Shirazy sangat Indah, sampai-sampai tak terasa saya
merasa terharu karena kebaikan hati dan kesabaran Rifa. Semoga banyak anak
sekolah yang juga terinspirasi oleh Rifa agar dunia pendidikan di Indonesia
semakin maju dengan iman dan agama yang baik. Dan para pembaca semakin rindu
dan terus mempratekkan Sunnah nabi SAW. Saya sangat merekomendasikan buku ini
untuk dibaca.
Sebuah Novel Pembangun
Jiwa
Judul : Merindu Baginda Nabi
Penerbit : Republika
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Tahun terbit : April, 2018
Jumlah Hal. : 176 hal
Harga Buku : Rp. 48.000,-
Peresensi : Vanda Deosar
Comments
Post a Comment