RESENSI - TURTLE ALL THE WAY DOWN - DRAMA REMAJA OLAHAN JOHN GREEN


- RESENSI INI TERBIT DI KABAR MADURA PADA 26 FEBRUARI 2019 -


John Green adalah tipe penulis yang lebih concern kepada permasalahan remaja. Bukan hanya masalah percintaannya saja, tetapi perkembangan diri seorang remaja itu sendiri. John green selalu menuliskan tentang remaja yang mempunyai masalah pada kesehatan, baik mental maupun fisik. Dan dalam buku barunya Turtle All The Way Down, John Green fokus kepada perempuan berusia 16 tahun bernama Aza Holmes, yang menderita obsessive compulsive disorder.

Aza holmes berbeda dengan remaja lainnya, Ia memiliki kecemasan yang luar biasa pada semua hal, terlebih lagi dalam pemikirannya. Ia selalu mempertanyakan seberapa penting hidupnya? Kenapa istirahat hanya boleh 1 jam? Kenapa sekolah harus dimulai pukul 9? Dan ia bahkan selalu memakai plester di jarinya, karena merasa semua hal sudah terinfeksi.

“Aku tidak bisa menemukan bagian terdalam diriku yang murni atau tak ternoda atau apalah – bagian di mana jiwaku semestinya berada. Yang artinya, barangkali aku tidak lebih memiliki jiwa daripada bakteri-bakteri itu sendiri.” (hlm. 106)

Aza mempunyai sahabat bernama Daisy, yang sifatnya sangat bersebrangan dengan dirinya. Suatu hari, ada berita miliyuner yang hilang dan menjadi buronan. Siapapun yang dapat menemukannya, maka ada imbalan besar yang menanti. Hasil hasutan Daisy, Aza pun ikut dalam petualangan mencari miliyuner yang hilang tersebut. Nyatanya, sang miliyuner mempunyai anak bernama Davis dan Ia adalah teman masa kecil Aza.

Seperti buku-buku sebelumnya, tentu saja ada percintaan yang terlibat. Disini pembaca akan diperlihatkan hubungan Davis-Aza yang unik. Aza yang selalu cemas akan semua hal, mempertanyakan apakah dirinya adalah seorang pasangan yang baik, sehingga di lain sisi, Davis, yang sedang diincar oleh semua orang karena ayahnya, harus bersembunyi dan ia pun juga bertanggung jawab akan adiknya, Noah, karena ibu mereka sudah meninggal.

Rasa bersalah Aza terus menghantuinya karena Ia sama saja dengan semua orang di luar sana yang mengincar uang Davis. Sedangkan, jika ayah Davis tertangkap, maka seluruh warisan tidak akan jatuh ke tangan keluarga, namun, ke tangan orang-orang yang tanpa diduga. Dan disinilah pembaca akan mengerti masalah-masalah orang kaya.

Kegilaan dari sebuah kekayaan. Kadang-kadang, kau mengira dirimulah yang menghabiskan uang, tapi sebenarnya uang itulah yang menghabiskanmu. Itu kalau kalau kau mengagung-agungkannya. Kau melayani apa pun yang kau agung-agungkan. (hlm. 319)

John Green dalam menulis bukunya melakukan wawancara dengan Phoebe, anak Bill Gates untuk membuat karakter Davis. Bagaimana kehidupan seorang anak miliyuner sesungguhnya. Untuk buku aslinya, bahasanya sulit dimengerti, namun untungnya diterjemahkan dengan baik oleh Mizan Publishers.

Keseluruhan, buku ini menjadi sempurna dan “kaya” justru karena kesederhanaannya. Karakternya tidak ada yang berlebih. Untuk Aza sendiri, ia adalah seorang remaja yang membuat pembaca kasihan, jatuh cinta, kesal, namun pada taraf wajar. Buku ini sangat mendekati kehidupan, terutama pemikiran remaja dan problematika apa yang mereka alami. Sangat bagus untuk dibaca baik remaja, maupun orang tua. Ringan, manis dan membuat puas dalam bersamaan.

Judul                                 : Turtles All the Way Down
Penulis                              : John Green
Penerjemah                       : Prisca Primasari
Penyunting                       : Dyah Agustine
Penerbit                            : Qanita
Terbit                                : April 2018
Tebal                                 : 344 hlm.
ISBN                                 : 978-602-402-115-3
Peresensi                           : Vanda Deosar

Comments

Popular Posts