Resensi - Bidadari Bermata Bening - Sebuah Novel Pembangun Jiwa

- Terbit di Harian Singgalang, Minggu 3sept 2017 -


Habiburrahman El Shirazy atau yang biasa dipanggil Kang Abik kembali menelurkan kisah untuk membangkitkan iman dalam jiwa. Dengan judul Bidadari Bermata Bening, Kang Abik mengajak pembaca menyelam dalam kisah gadis cantik jelita asal Kaliwenang, Ayna Mardeya Binti Abdullah Jalal.

Ayna, seorang yatim piatu yang menimba ilmu di pesantren Kyai Sobron dan kesehariannya mengabdi sebagai Khadimah Bu Nyai Nur Fauziyyah. Khadimah adalah seorang yang membantu mengelola pesantren, khususnya dapur. Tidak mudah menjadi Ayna, mendapat fitnah karena dianggap sebagai hasil hubungan gelap saat ibunya bekerja sebagai tenaga kerja wanita di Amman dulu, namun bukan Ayna dia tidak bisa namanya jika membuktikan kebenarannya. Ayna juga membuktikan diri bahwa seorang Khadimah pun dapat berprestasi, itu juga ditunjukan Ayna lewat Ujian Nasional, dirinya mampu menjadi peserta UN terbaik se-Jawa Tengah dan masuk dalam 10 besar nasional.

Ayna pulang kembali ke Desanya setelah lulus atas permintaan bu Nyai, sebenarnya Ayna tidak mau dan memilih untuk tetap di pesantren saja. Namun, Ayna masih punya keluarga yaitu Pakde dan Bukdenya dari pihak ibu. Pakde Darsun mempunyai dua orang anak perempuan Aripah dan Atikah, semuanya bersikap “kejam” terhadap Ayna, kecuali Atikah. Ketika pulang, Ayna kaget melihat sikap Pakde dan Bukdenya yang menjadi baik dan lembut. Ayna sempat dilamar oleh Kyai Yusuf Badrudduja, namun lamarannya ditolak oleh Pakde dan Bukde dengan alasan Ayna harus dapat bujang bukan duda beranak dua, usut punya usut, ternyata Pakde dan Bukdenya memaksa Ayna menikah dengan Yoyok, konglomerat di desa anggota DPRD agar Pakdenya dapat dana gelontoran senilai milyaran rupiah untuk menjadi lurah. Mendengar berita ini Pak Kyai Sobron memberi solusi untuk menikahkan Ayna ke salah satu anaknya, Gus Asif atau Gus Afif.

Sebelum kabar pernikahannya dengan Yoyok, Ayna sempat dikunjungi oleh putra bungsu Bu Nyai, Gus Afif, beliau bermaksud untuk meminang Ayna dan mengajaknya ke Mesir untuk sekalian sekolah disana. Namun, Ayna menolaknya karena selalu mengingat perkataan Bu Nyai,

“Kalau Afif?  Dia baru saja lulus bareng Ayna. Dia harus kuliah dulu. Kalau nikah bubar semuanya!” (Hal. 152)

Pernikahan dilangsungkan, Ayna seperti dipenjara karena Yoyok ternyata tak pernah sholat, tidak bisa membaca Al-Quran, selalu mabuk-mabukan dan main perempuan. Di lain sisi, Walau menikah dengan Yoyok, Ayna tetap menjaga kegadisannya.

“Permintaan saya sederhana saja, dan bagi pemuda yang biasa ke mesjid itu mudah. Begini, saya bersedia menikah dengan Mas Yoyok, namun saya tidak bersedia dia sentuh, sekali lagi saya tidak bersedia dia sentuh walaupun sudah akad nikah kecuali dia telah bisa membaca Al-Quran dengan lancar. Yang penting lancar saja. Lalu hafal juz ‘amma dan surah yasin. Itu saja. Itu permintaan dan syarat saya yang harus disetujui dan disepakati!” (Hal. 173)

Pernah suatu malam Yoyok sedang mabuk dan mencoba untuk “memperkosa” Ayna, kejadian itu berakhir dengan Yoyok yang masuk rumah sakit, walaupun perempuan ternyata Ayna jago karate. Suatu ketika, Yoyok dan bapaknya akan ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Namun, mereka mengambil jalan keluar untuk “menjual” Ayna ke laki-laki lain dengan pangkat lebih tinggi, agar mereka selamat dan tidak dijebloskan ke penjara. Mendengar hal ini, Ayna marah luar biasa, namun Ayna menutupinya dengan menuruti kemauan mertua dan suaminya. Ayna tidak bodoh, kesempatan ini dia gunakan untuk keluar dari dunia yang penuh kebusukan ini.

Setelah resmi bercerai, Ayna kabur dan luntang-lantung ke Bandung, makan nasi kotak sisaan dari tong sampah tetangga, bekerja di berbagai tempat, di tipu oleh orang yang awalnya baik, namun memeras Ayna, kemalingan dan kehilangan seluruh uangnya sampai Ayna tiba di Bogor dan bertemu dengan pebisnis yang berbaik hati. Ayna lalu belajar bisnis dan ikut berbagai workshop serta menjadi asisten pribadi Bu Rosidah.

Di lain sisi, Gus Afif yang patah hati menjadi sakit-sakitan, namun akhirnya bangkit dan pergi dari rumah untuk memilih jalan seperti Imam Asy Syibli, Gus Afif memulai semuanya dari nol, berjualan gulali, ke Bogor untuk berjualan roti dan hidup sederhana sampai keangkuhan dan kesombongannya hilang dari dalam dirinya.

Apakah perjalanan Ayna di Bogor pada akhirnya membuatnya bertemu kembali dengan Gus Afif? sekali lagi, Kang Abik mengoyak emosi pembaca dengan kisah ini. Seorang perempuan yang hidupnya keras namun tak pernah berpaling dari Allah SWT. Kecintaanya kepada Allah SWT melebihi apapun yang ada di dunia ini.

Novel ini sungguh membangun keimanan dalam jiwa, kisah Ayna patut dicontoh oleh anak muda jaman sekarang. Di kala Ayna dihina, dia malah membuktikannya dengan berprestasi. Di saat dia di dzalimi oleh keluarga ibunya, justru Ayna tetap menurut apa kata Pakde dan Bukdenya demi menghormati arwah sang Ibu. Memang benar, jalur dakwah paling baik adalah lewat berprestasi. Buku ini sangat baik untuk dibaca, saya sangat merekomendasikan!

Sebuah Novel Pembangun Jiwa
Judul                           : Bidadari Bermata Bening
Penulis                        : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                      : Republika
Tahun Terbit               : Pertama, April 2017
Jumlah Halaman          : 337 halaman
Harga Buku                : Rp. 72.000
ISBN                          : ISBN 978-602-0822-64-8
Peresensi                    : Vanda Deosar

Comments

Popular Posts