Resensi - Harga Sebuah Percaya - Pecinta Sejati
- Terbit di Radar Surabaya, 17 Sept 2017 -
cover dari Goodreads |
“Pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya.”
Ini
adalah kisah tentang Jim, dari kisah Sang Penandai, yang terpilih untuk
menguratkan cerita tentang keharusannya berdamai dengan masa lalu. Ia harus
menyelesaikan pahit-getir perjalanannya, apapun harganya! Karena sungguh kita
membutuhkan dongeng ini.
Sayang,
bagi Jim, dia harus memulai kisahnya melalui kepedihan, ditinggal Nayla-nya.
Anak bangsawan kota sebrang yang sangat cantik dan yang suka menikmati petikan
dawai murahan Jim, Jim tidak dapat menulis atau membaca, tapi Jim dapat
mencintai Nayla, Nayla-nya. Pukul tujuh, bulan tujuh, pada tanggal tujuh,
lonceng besar emas yang hanya dibunyikan sekali dalam setahun itu berbunyi untuk
mengenang sepasang kekasih yang pertama kali menginjakan kaki di kota, tentu
saja hari ini penting untuk Jim, hari dimana dia akan bertemu Nayla-nya setelah
perpisahan mereka yang menyakitkan.
Nayla
harus dijemput pulang oleh kedua orang tuanya dan akan dijodohkan dengan
seseorang yang se”level” dengan dirinya, anak bangsawan. Jim yang bukan
siapa-siapa, terlalu pengecut menjemput kembali Naylanya, Jim hanya bisa
bergantung dengan harapan bahwa Nayla dapat menjadi miliknya, Jim lupa, bahwa cinta adalah kata kerja, dan sebagai kata kerja
jelas ia membutuhkan tindakan-tindakan, bukan sekedar perasaan-perasaan (Hal.
3). Tanggal tujuh, pukul tujuh, bulan tujuh, lonceng berdenting namun
Naylanya tidak datang, sepucuk surat datang kepada Jim memberitahu Naylanya
telah bunuh diri. Nayla lebih memilih mati dibanding harus bersama jodoh yang
dipilihkan orang tuanya. Sedangkan Jim terlalu pengecut mengakhiri hidupnya
menyusul Nayla.
“Biarkanlah aku pergi, Jim. Ini jauh lebih
membahagiakan. Aku tak berharap banyak darimu selain untuk terakhir kalinya kau
akan mengatakan “ aku mencintaimu, sayang” di telingaku yang pasti sudah
membeku pada tanggal tujuh, bulan tujuh, jam tujuh, hari ini. Ketika lonceng
kapel tua berdentang. Tempat di mana ikrar cinta sejati kita pernah terucapkan.”
– hal. 23
Di
kala keputusasaannya, sang penandai datang dan memberikan kesempatan untuk Jim
mengurat sendiri dongeng tentang hidupnya alih-alih bunuh diri, sang penandai
hanya khusus datang tiga kali kepada orang terpilih, namun kepada Jim, sang
penandai datang sampai empat kali, karena Jim terlalu keras kepala untuk
percaya dan sulit untuk diajak bekerja sama.
“kuberikan kau kesempatan keempat untuk bertemu
denganku. Kau boleh memilih waktu kapan saja kau hendak bertemu. Pergunakanlah
dengan bijak, Jim. Karena itu bisa berarti menyelamatkan nyawamu. Kapanpun kau
membutuhkan aku, panggilah, dan aku akan datang” – Hal. 54.
Setelah
diselamatkan dari bala tentara yang dikirimkan orang tua Nayla untuk menghabisi
Jim, Jim akhirnya mencoba mempercayai kata-kata Sang Penandai dan memutuskan pergi
bersama Armada Kota Terapung untuk mengarungi lautan menuju tanah harapan, di
dalam perjalanan ini Jim menemukan hidupnya kembali. Jim yang tidak
berpendidikan, pengecut dan kelas rendahan berkembang menjadi sosok lelaki
gagah berani, berpendidikan dan menjadi orang berkepentingan di dalam kapal. Di
bawah komando Laksamana Ramirez dan teman barunya yang berkulit hitam, Pate,
Jim berlayar mengarungi samudera, belajar untuk membunuh, berperang dengan
perompak, kesempatan mencintai kembali gadis lain. Namun, Nayla, Nayla, Nayla
saja yang ada di hatinya.
Perjalanan
ini dikhususkan kepada Jim untuk mengurat dongengnya agar Jim dapat memaafkan
masa lalu. Masalahnya penerimaan itu bukan sesuatu yang sederhana. Banyak
sekali orang-orang di dunia ini yang selalu berpura-pura. Berpura-pura menerima
tetapi hatinya berdusta. Kita semua harus berlatih susah-payah untuk belajar
menerima. Apakah itu sulit? Tidak. Itu mudah. Tetapi memang karena tidak pernah
memulainya justru malah terjebak dalam lingkaran penyesalan.(hal. 282)
Berulang
kali Jim harus dihadapkan kepada ajal dan membuatnya putus asa namun pecinta
sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput
dirinya, sampai kapan Jim harus percaya kalimat tersebut? Tentu saja pecinta
sejati harus percaya dan berjuang sampai akhir. Hanya saja, kita memang harus
bersabar melewati seluruh penderitaan dan pahit getirnya hidup. Memang selalu
ada harga untuk sebuah kepercayaan, itulah yang ingin disampaikan Tere Liye lewat
buku barunya ini. Saya sangat merekomendasikan! Selamat membaca.
JUDUL
: HARGA SEBUAH
PERCAYA
PENGARANG : TERE LIYE
PENERBIT
:
MAHAKA
CETAKAN :
MEI, 2017
HALAMAN :
298
HARGA
BUKU : Rp. 63.000,-
PERESUME
:
VANDA DEOSAR
Comments
Post a Comment