RESENSI - PELUKIS GURUN PASIR - KISAH SEORANG KALIGRAFER

- RESENSI INI TERBIT DI HARIAN SINGGALANG PADA 25 NOVEMBER 2018 -



Fuad Abdurahman, seorang penulis yang lahir di tanah Cianjur, lulusan pendidikan Bahasa Arab ini gemar membaca dan menulis dari kecil. Pelukis Gurun Pasir bukanlah novel pertamanya, Ia pernah menulis Senyumlah Bunda yang memenangkan buku islam terbaik kategori fiksi anak dan juga novel lainnya, Cahaya Cinta Makkah. 

Namun, Pelukis Gurun Pasir adalah novel yang sangat dekat dengannya, karena sarat akan pengalamannya ketika berada di Arab Saudi. Novel ini berkisah tentang Prasetyo yang mempunyai cita-cita untuk umroh dan haji. Ia paham, penghasilannya yang hanya sebagai kaligrafer dan guru di sekolah tidak dapat memenuhi keinginannya, akhirnya, dengan tekad kuat, ia mendaftar sebagai TKI. Setidaknya, dengan menjadi TKI, ia dekat dengan tanah suci.

Perjalanan Pras di tanah suci tidak mudah, untuk bertahan hidup Ia harus berkali-kali berhadapan dengan pelanggan aneh, dijadikan korban kejahilan anak-anak, diganggu penyuka sesama jenis, difitnah gadis yang sakit hati hingga akhirnya mendekam di kantor polisi.

Bab demi bab, penulis mengisahkan Pras dengan masyarakat dan fenomena unik lainnya. Baik dalam ruang lingkup masyarakat di Indonesia maupun Arab Saudi. Tak luput juga, perjalanan Pras yang ditawari oleh pihak tertentu agar lulus CPNS tanpa harus tes pun tak luput diceritakan, hanya modal beberapa puluh juta, maka Pras langsung dapat kursi. Tawaran itu sangat menggoda untuk Pras yang saat itu sedang menjadi “Oemar Bakri”dengan gaji yang tidak seberapa, setelah sholat istikharah dan perdebatan dengan keluarganya, akhirnya Pras menolak tawaran tersebut.

“bukankah hidup di dunia ini hanya sebentar dan kehidupan sebenarnya nanti di akhirat? Hatiku benar-benar mantap usai istikharah, dan hasilnya itu tidak baik dan sangat merugikan dunia-akhirat, kendati menawarkan madu dan harta melimpah di dunia. Sampai saat ini, aku tidak bisa membayangkan jika kesempatan itu kuambil, bagaimana dengan nasib istri dan anak-anakku yang dinafkahi dari jalan yang salah?” (Hal. 9)

Dan setelah mendaftar di sebuah lembaga, berangkatlah Pras ke Tanah suci. Ia bekerja di Zulfi, besama-sama dengan teman-temannya dari Indonesia. Petualangan Pras disini sangat seru dan banyak pelajaran yang dapat diambil. Pernah, suatu ketika, Pras kehilangan dompetnya dan sudah terlanjur makan di sebuah restoran, pemilik restoran tersebut memaki dan mencaci Pras karena dianggap berbohong dan hanya beralasan agar tidak bayar. Namun, atas izin Allah SWT, Pras dapat membayar uang dan malah diberi sandwich gratis oleh pemiliknya. Konon, sang pemilik restoran, setelah memukuli Pras, tangannya tersiram air panas.

Kesenjangan kemiskinan di Arab Saudi juga tak luput dari penuturan petualangan Pras. Kemiskinan itu ada dimana-mana, tak terkecuali di Saudi Arabia yang notabene negara kaya raya. Itu sudah ada sejak dulu kala, tetapi, bisa diubah jika ada kemauan kuat dari orang yang mengalaminya dan juga ada usaha-usaha perbaikan dari pihak-pihak yang ikut bertanggung jawab, seperti masyarakat dan pemerintah. Tuhan tidak akan mengubah ansib suatu kaum, hingga kaum itu mengubah diri mereka sendiri, begitu firman Tuhan. (Hal. 170)

Cara bergaul di negara Arab pun sedikit berbeda di Indonesia, khususnya di Zulfi, tempat Pras tinggal. Peraturan ketat pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang diterapkan oleh Pemda membuat warga Saudi mencari cara lain dalam hal bergaul. Banyak dari mereka yang jalan-jalan ke pusat pemberlanjaan untuk janjian dengan orang yang dicintainya. Rata-rata mereka tidak akan melakukan hal-hal mencolok agar tidak diperiksa oleh pihak polisi yang sedang menyusuri jalanan tidak mencurigai hubungan mereka.

Walau banyak pengalaman yang tidak enak, namun, Pras tentu merasakan sendiri indahnya ketulusan dan kederwanan masyarakat Saudi yang mudah tersentuh oleh kebenaran. Ini adalah novel pertama yang menurut saya sangat jujur dan apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Setiap penggambaran tokoh, tempat, wilayah, budaya, seperti menjadi pengetahuan bagaimana nanti, jika suatu saat kita dipanggil ke tanah suci.

Buku yang sarat akan ilmu pengetahuan, namun diracik dengan prosa dan kata yang menarik. Mari kita semua baca ini, agar kita melek untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan pekerja imigran di Arab Saudi.

JUDUL                       : PELUKIS GURUN PASIR

PENULIS                   : FUAD ABDURAHMAN
PENERBIT                 : REPUBLIKA PENERBIT
JUMLAH HAL          : 410 HALAMAN
CETAKAN                 : I, MARET 2018
HARGA                     : Rp. 85.000
PERESENSI               : VANDA DEOSAR

Comments

Popular Posts