RESENSI - KARUNG NYAWA - TEROR TOKLU DARI PURWOSARI
- RESENSI INI TERBIT DI KABAR MADURA, SENIN 03 SEPTEMBER 2018 -
Cover dari Goodreads |
Johan Oman, Pemilik Konter Pulsa
Ah, kejadian lagi, padahal belum juga hilang ingatanku akan kejadian mengerikan
itu! Udahlah, tutup konter saja!
Janet Masayu, Pemandu Karaoke
Pacarku memang benar-benar trauma akan kejadian itu. Sekarang dia nggak mau keluar sama sekali dari konter pulsa kecilnya. Harus bagaimana ya kalau sudah begini…
Pacarku memang benar-benar trauma akan kejadian itu. Sekarang dia nggak mau keluar sama sekali dari konter pulsa kecilnya. Harus bagaimana ya kalau sudah begini…
Zan Zabil Tom Tomi, Penjaga Warnet
Menarik! Polisi saja tidak sanggup memecahkan misteri ini.
Sepertinya sudah perlu detektif partikelir yang lama nganggur ini turun tangan.
Menarik! Polisi saja tidak sanggup memecahkan misteri ini.
Sepertinya sudah perlu detektif partikelir yang lama nganggur ini turun tangan.
Tarom Gawat, Cucu Dukun
Gawat… gawat… GAWAT!
Gawat… gawat… GAWAT!
Empat pemuda bekerja sama
menyelidiki kasus ganjil yang menggegerkan desa. Mereka tidak pernah menyangka
akan berada di ranah klenik nan mistik yang membuka rahasia masa lalu kelam Purwosari.
Bukan hanya soal pesugihan dengan tumbal, tapi jauh lebih mengerikan lagi, perihal legenda Toklu–Pemulung pemburu kepala manusia yang mungkin benar adanya.
Kini mereka harus
menghadapi tantangan terbesar ketika mendapati bahwa pemburu dan mangsa terakhir
dari semua ini lebih dekat dari yang mereka kira.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa kisah horror yang
terngiang di benakmu saat kamu kecil? Hantu ngesot di kamar mandi? Mister
gepeng? Kolor ijo? Atau babi ngepet? Banyak sekali urban legend yang kita dengar saat kecil dan menjadi “senjata”
untuk orang tua menakut-nakuti anaknya. Begitupun buku yang sedang saya baca
ini, Karung Nyawa. Berasal dari obrolan-obrolan di Purwosari dan tepatnya di
desa Bojonegoro, terdapat cerita tentang toklu atau ketok gulu (potong leher),
dimana biasanya orang tua berkata : jangan main sore-sore, nanti ada toklu.
Konon katanya toklu yang berpenampilan seperti pemulung datang memotong leher
korbannya dan memasukan kepala tersebut ke karung.
Kisah bermula dari Johan
Oman yang biasa disebut Hanoman ganteng, karena emang ganteng rupanya, saat
berumur 12 tahun tercebur di sungai dan tersangkut bersama mayat wanita yang
sudah tidak ada kepalanya. Semenjak itu, Johan Oman trauma bahkan sampai
tinggal kelas karena tidak mau keluar kamar, setiap malam dalam tidurnya, dia
dihantui oleh penampakan-penampakan hantu wanita dan juga tidak sanggup
menghadapi warga yang terus bertanya-tanya.
7 tahun berlalu sudah
semenjak kejadian itu, Johan Oman sudah kembali menjadi manusia normal dan
membuka konter pulsa dari tabungan yang dia kumpulkan pemberian ibunya yang TKW
merantau di negeri orang. Namun, kejadian kedua terjadi, ditemukan kembali
wanita tanpa kepala dan seperti dahulu, Johan Oman kembali mengurung diri.
Jabil, sahabatnya yang membuka warnet dekat dengan kejadian TKP dan mempunyai
insting bak detektif bermaksud untuk mengungkap siapa dibalik dalang pembunuhan
keji ini. Jabil mengajak Johan, namun Johan tidak mau. Akhirnya Jabil menemui
Tarom Gawat, yang dapat memasuki dunia spiritual untuk bergabung dalam
pencarian.
Janet masayu, penyanyi
cantik sekaligus pacar Johan Oman ikut dalam pencarian ini karena dulu pernah
mengalami kejadian serupa yang dialami Johan, dan dikarenakan pacarnya ikut,
Johan pun ikut serta dalam kelompok “detekfit” ini. Orang bijak bilang, tak ada
obat untuk suatu ketakutan kecuali menghadapi ketakutan itu sendiri. Johan Oman,
Tarom Gawat, Janet Masayu, maupun Jabil ternyata memiliki
ketakutan-ketakutannya sendiri yang mau tak mau harus mereka hadapi. Kelompok
ini bertekad untuk terus menyelidiki dan tanpa sadar justru pembunuhnya lebih
dekat dari yang mereka sangka.
Membaca novel ini,
membuat saya takjub. Tak banyak penulis lokal yang mau menulis horror klenik.
Sepertinya penulispun dan Eka Kurniawan mempunyai guru yang sama dalam menciptakan
tokoh dengan nama depan yang biasa namun diakhiri oleh nama kedua yang unik dan
punya kisahnya sendiri, contoh Tarom gawat, dipanggil gawat karena sering
berbicara : gawat-gawat-gawat.
Jujur saya tidak berani di
kala sendiri apalagi malam jumat untuk membaca buku ini, karena terkadang, penulis suka seenaknya menyelipkan
kemunculan hantu-hantu dan menggambarkannya seolah-olah dekat dengan kita atau
bahkan sudah di depan mata kita. Membaca buku ini membuat para pembaca
mengingat-ngingat urban legend yang
ada di daerahnya. Overall, saya memberi bintang 3.5 dari 5, selamat membaca.
Judul : Karung Nyawa
Pengarang :
Haditha
Penerbit : Bukune
Jumlah Hal. : 220
ISBN : 9786022202653
Harga : Rp. 60.500
Peresensi : Vanda Deosar
Comments
Post a Comment