RESENSI - PERGI - JALAN BARU TERE LIYE
- RESENSI INI TERBIT DI HARIAN SINGGALANG, MINGGU, 26 AGUSTUS 2018 dan MENJADI PEMENANG JUARA 3 DALAM SAYEMBARA RESENSI DARI REPUBLIKA -
www.bukureublika.id |
Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa.
Tere Liye yang tahun lalu memutuskan untuk tidak menerbitkan
karya lewat penerbit akhirnya kembali di 2018 dengan novel “Pergi” yang
merupakan prekuel dari “Pulang” yang sudah terbit di 2015 silam. Tere Liye
dengan co-authornya berhasil
menelurkan karya yang ciamik dan berkesan di hati pembaca.
Kisah ini tetap berfokus pada Bujang, yang sekarang menjadi pentolan keluarga Tong. Keluarga Tong
adalah salah satu dari shadow economy. Shadow economy sendiri
dibagi beberapa keluarga dengan daerah – daerah tersendiri. Delapan Keluarga yang menguasai shadow economy di
Asia Pasifik berbagi wilayah kekuasaan. Kami tidak mengganggu pemerintah legal
berkuasa, dan sebaliknya, mereka jangan coba-coba mengganggu kami. Jika
ada dispute, masalah, diselesaikan dengan
pembicaraan diam-diam, dan solusi tingkat tinggi selalu tersedia. Tapi sekali
kepentingan Keluarga shadow economy diganggu oleh pemerintah berkuasa,
lihat saja, kami bisa menimbulkan prahara politik dan ekonomi. (Hal. 39)
Menyadari semakin pesatnya perkembangan keluarga Tong, master
Dragon yang menjadi penguasa kedelapan shadow economy merasa terancam dan
bertindak untuk menghancurkan keluarga Tong dengan cara mengirim mata-mata atau
menyewa pembunuh bayaran, Bujang yang sekarang menjadi Tauke besar menggantikan
sebelumnya yang telah meninggal pun tak bisa diam.
Struktur Keluarga Tong ramping dan
mudah dipahami. Di bawahku hanya ada dua orang, Parwez dan Togar. Jika Parwez
mengurus bisnis legal, maka Togar adalah kepala tukang pukul, mengurusi
kekerasan, posisi yang dulu ditempati oleh Bapakku Samad, kemudian digantikan
oleh Kopong, lantas digantikan lagi oleh Basyir. Togar memimpin tiga puluh
Letnan serta seribu tukang pukul Keluarga Tong yang tersebar di banyak tempat.
(Hal. 61). Bujang pun dibantu
Salonga, White, dan Si Kembar Yuki Kiko. Atas saran
Salonga, Bujang harus segera meresmikan aliansi Keluarga Tong dengan
menggandeng Keluarga Yamaguchi dan Bratva.
Berhasilkah Bujang mengalahkan Master Dragon?. Membaca novel
Tere Liye seperti menonton film action, Tere
Liye berhasil membuat pembaca berimajinasi liar tentang perkelahian antar geng
penguasa dan senjata-senjata yang digunakan serta setiap aksi yang dituliskan memicu
adrenalin pembaca.
Tidak melulu serius, Tere Liye juga memasukkan beberapa
candaan untuk menjadi selingan dan bahkan beberapa ada yang membuat terharu dan
sedih. Menurut saya, membaca karya Tere Liye itu seperti membaca kisah hidup
sehari-hari walau dibalut fiksi sekalipun. Tere liye dengan kalimat-kalimatnya
seperti mengajari pelajaran tentang hidup. Jangan pernah berputus harapan. Kamu
akan selalu menemukan harapan baru. Jalan baru yang lebih baik. Saat itu tiba,
kamu akan tahu harus pergi ke mana. (Hal. 389).
Oh ya, Tere liye juga memasukkan karakter Thomas yang menjadi
tokoh di novel Negeri Para Bedebah dan
Negeri di Ujung Tanduk, ini menjadi
sesuatu yang unik dan membuat pembaca menjadi penasaran bagaimana kisah Thomas
sendiri. Saya menyarankan untuk membaca “Pulang” terlebih dahulu, walau tidak
harus, namun dengan membaca buku sebelumnya, pembaca akan lebih mengerti
karakter-karakter yang ada dan dasar dari permasalahan di novel Pergi. Tere
Liye juga mewajibkan novel ini untuk dibaca 15+, jadi, bacalah buku sesuai
umur!
Pengolahan kata, karakter yang kuat, alur cerita yang intens
dan pelajaran hidup yang baik tertuang dengan apik di novel Pergi ini, saya
sangat merekomendasikan untuk dibaca sebagai penyegar di tahun ini, terima
Kasih Tere Liye.
JUDUL BUKU :
PERGI
PENGARANG :
TERE LIYE
PENERBIT :
REPUBLIKA PENERBIT
JUMLAH HAL. :
459 halaman
ISBN :
978-602-5734-05-2
HARGA BUKU : Rp.
63.200 (bukurepublika.id)
PERESENSI :
VANDA DEOSAR
Comments
Post a Comment