Ulasan Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak – Keheningan yang Mencekam
Marlina si pembunuh
dalam empat babak adalah film yang paling saya tunggu kedatangannya di
Indonesia, setelah melalang buana di berbagai festival mancanegara, akhirnya 16
November 2017 Marlina “pulang” ke tanah air. Saya mendapat kesempatan untuk
menontonnya Kamis, 9 November 2017 di Plaza Indonesia untuk screening bersama
media. Sungguh, setelah menontonnya saya mengerti kenapa film ini mendapat
penghargaan dan rating yang tinggi.
Marlina si pembunuh
dalam empat babak menceritakan tentang seorang janda bernama Marlina yang
diperankan oleh Marsha Timothy. Sangat riskan untuk seorang janda tinggal
sendirian di perbukitan karena letak setiap rumah ke rumah lainnya sangat jauh.
Suatu hari, Marlina kedatangan Markus (Egi Fedly) yang memberitakan bahwa dia
akan merampok dan malamnya akan kedatangan 6 orang lainnya yang juga akan
memperkosanya secara bergantian. Saya patut mengacungi jempol akan karakter
Marlina, ia tidak lari atau teriak ketakutan bahkan panik, ia tetap melakukan
apa yang disuruh oleh Markus untuk memasak makan malam sup ayam.
Mau ambil kamu uang
semua kamu ternak
kalau masih ada waktu
tidur dengan kau
kita bertujuh
Ketika seluruh teman
Markus sudah datang, Marlina menghidangkan sup ayam ke 4 orang di ruang makan,
Markus kala itu sedang tertidur di kamar dan kedua orang lainnya pergi membawa
hasil pertenakan Marlina untuk dijual. Marlina menaruh buah yang beracun ke sup
ayam dan matilah ke empat orang itu. Sedangkan untuk Markus, ya seperti yang
terlihat di trailer, Marlina memenggal kepalanya. Itulah babak pertama dalam
hidup Marlina yang berjudul : perampokan.
Babak kedua yang
berjudul juang wanita dilanjut dengan perjalanan Marlina yang pergi ke kantor
polisi untuk melaporkan kejadian perampokan tersebut. Marlina pergi dengan
membawa kepala Markus dan beberapa bekal perjalanan. Disini, sangat terlihat
perbedaan yang terjadi di desa dan kota. Marlina harus menunggu bus yang hanya
datang berapa jam sekali dan jarak ke kantor polisi pun sangat jauh. Ditemani oleh
temannya yang sedang hamil sepuluh bulan, yang kebetulan juga akan ke kota,
bernama Novi (Dea Panendra). Cerita dilanjutkan dengan babak ketiga yaitu
pengakuan dosa dan babak keempat tangisan bayi, Marlina berjuang untuk mendapat
keadilan.
Saya sangat salut
dengan Mouly Surya yang benar-benar out
of the box dalam membuat sebuah film Indonesia. Keheningan yang diciptakan
justru tidak membuat ngantuk atau bosan, namun membuat penonton menunggu,
kira-kira apa yang akan dilakukan Marlina selanjutnya. Pengambilan setiap titik
dari Sumba pun seakan menjual ke dunia bahwa Indonesia itu indah. Saya banyak
tahu tentang budaya-budaya di Sumba, contohnya jika tidak punya uang untuk
mengubur keluarga yang meninggal maka mayat tersebut diikat dan diletakkan di
dalam rumah, ini diceritakan lewat suami Marlina yang diikat dan diselimutkan
lalu diletakkan di pojok rumah dan menjadi saksi biksu akan apa yang terjadi di
rumah Marlina.
Lagi-lagi yang harus
dipuji adalah akting dari para pemain. Tak Cuma Marsha Timothy dan Dea Panendra
saja, Egi Fedly yang memerankan Markus serta Yoga Pratama sebagai Franz juga
harus diacungi jempol. Logat mereka semua kental seperti asli Sumba. Dan ternyata
akting itu membuahkan hasil, Marsha Timothy menang Aktris Terbaik di
Sitges International Fantastic Film Festival 2017 di Catalonia, Spanyol yang
bahkan mengalahkan Nicole Kidman.
Marlina si pembunuh
dalam empat babak membuktikan diri sebagai film yang berisi walau hanya
berdurasi 1 jam 30 menit. Film ini tidak patut di tonton oleh anak-anak karena
beberapa adegannya. Marlina juga tampil sebagai tamparan keras atas hukum yang
semena-mena dan kekuasaan yang suka dilakukan oleh laki-laki. Ketika Marlina
akan diperkosa, Markus hanya bilang bahwa Marlina akan menjadi wanita yang
beruntung akan ditemani oleh 7 laki-laki. Dan tamparan paling keras ditunjukan
lewat adegan birokrasi di Indonesia, ketika Marlina ingin melapor, para polisi
acuh saja dan tetap memilih bermain ping-pong. Saya sangat merekomendasikan
film ini bukan hanya sebagai hiburan, namun juga sebagai sarana untuk melek
akan ketidakadilan yang ada di negeri Indonesia. Selamat menonton.
MARLINA BUAT AKU MERINDING. AKU MAU SERING-SERING NONTON FILM INDONESIA..... MENARIK!
ReplyDelete#BanggaFilmIndonesia
DeleteKok kayanya ngeri yaa mba Van. Proses pemenggalannya di pertunjukkan kah di film tersebut?
ReplyDeleteDitunjukin, cuma ga terlalu parah kok Mbak hehehe
Delete